Rahim Pengganti

Bab 182 "Air Mata Dhira"



Bab 182 "Air Mata Dhira"

0Bab 182     
0

Air mata Dhira.     

Arsen     

"Kamu kenapa nggak pernah balas pesan aku? Terus kenapa hari ini nggak masuk."     

Sebuah pesan singkat dikirimkan oleh Arsen kepada Dhira namun mata arsen seketika langsung melotot dengan tajam ketika dua garis abu abu itu berubah menjadi biru. Senyum dibibir Arsen terbit ketika melihat pesannya tersebut dibaca oleh sang pujaan hati.     

Dhira yang tidak sengaja membuka pesan dari Arsen merutuki diri nya sendiri gadis itu ingin segera menghapus pesan tersebut namun bukannya menghapus Dhura malahan membuka pesan yang dikirimkan oleh Arsen.     

Arsen     

"Akhirnya kamu baca juga, aku udah lama menunggu hari ini."     

Alasan kembali mengirimkan beberapa pesan lain nya dengan sangat malas Dhira akhir nya mengetikkan sesuatu pada room chat mereka.     

Nadhira     

"Apaan."     

Jawaban singkat yang dilakukan oleh Dhira benar benar membuat Arsen tersenyum bahagia.     

Laki laki itu lalu mencoba menghubungi Dhira namun, tetap saja tidak ada panggilan yang diterima oleh Dhira. Meskipun seperti itu tetap kedua nya saling bertukar pesan, hal seperti ini saja sudah membuat Arsen begitu bahagia. Hal sepele bagi semua orang tapi, menjadi spesial untuk Arsen.     

***     

Dhira sudah bersiap malam ini, gadis itu akan pergi bersama dengan Papi dan Mami nya dan senyum yang tercetak di wajah Dhira benar benar senyum kebahagiaan. Dhira seolah menemukan tempat ternyata saat ini, di dalam dekapan kedua orang tersebut.     

"Kak! Mau kemana sih?" tanya Arka. Anak laki laki itu, sedikit kesal dengan sang kakak yang sering pergi pergi, dan diri nya harus di rumah dengan Gaby. Arka bukan nya marah atau benci Gaby hanya saja Arka malas melihat wajah Gaby yang seolah selalu terlihat lemah.     

"Mau pergi sama Om, kamu mau ikut?" tanya Ryu. Arka terdiam sesaat, lalu segera membalas dengan anggukkan kepala nya. Mereka semua lalu bersiap untuk pergi, sedang seseorang lagi hanya diam. Siapa lagi kalau bukan Gaby, gadis itu hanya diam. Ryu tidak bermaksud untuk membedakan ketiga keponakan nya, apalagi Ryu tahu Gaby adalah anak dari Kakak nya.     

Hanya saja, saat ini Ryu ingin membuat nyaman kedua keponakan nya lain. Karena dirinya tahu bagaimana Gina memperlakukan mereka saat ini, bukan Ryu tidak suka dengan hal itu, hanya saja Ryu tidak ingin ada sebuah kecemburuan yang terjadi.     

Mereka berempat sudah masuk ke dalam mobil dan siap untuk pergi, setelah mereka pergi Daffa dan juga Gina masuk ke dalam rumah. Sedangkan Gaby masih berdiri di teras rumah. Gadis itu terus memandangi mobil tersebut hingga pandangan mata tidak melihatnya lagi.     

"Andai aku tidak ada, apakah mungkin senyum yang kalian berikan akan setulus itu menatap ke arah Buna dan Baba? Maaf sudah menjadi penghalang di kehidupan ini," gumam Gaby. Gadis itu juga bisa merasakan ada hal berbeda sejak diri nya sakit, perlakuaan kedua orang tua nya dan segala yang terjadi sangatlah berbeda.     

Ryu dan Putri saling memberikan kode untuk mulai bertanya kepada Dhira mengenai banyak hal dan gerak gerik itu terlihat oleh Arka.     

"Om sama tante kalau mau tanya, langsung aja nggak usah ngasih kode gini," ucap Arka. Mendengar hal itu membuat kedua nya saling tatapan. Mobil yang dikendarai oleh Ryu lalu berhenti saat lampu merah menyala.     

"Kamu itu kok cerdas banget sih, peka nya luar biasa," ucap Ryu.     

Arka tidak menjawab anak laki laki itu, hanya diam saja. Lalu terdengar dengan sangat jelas helaan napas panjang dari Ryu, "Ra gimana Baba dan Buna kamu?" tanya Ryu.     

Dhira tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Ryu, gadis itu mengerutkan dahinya. "Maksudnya Papi gimana sih, aku nggak ngerti," balas Dhira.     

"Lupakan saja." Ryu bingung harus bertanya seperti apa, karena diri nya tahu bagaimana sang keponakan yang selalu menutup diri dari hal hal yang menurut Dhira tidak sebaiknya dibahas, mobil yang dikendarai oleh Ryu sudah berjalan kembali. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan di antara mereka yang ada hanya suara musik kecil yang diputar oleh Putri sebelum nya, Dhira terus menatap ke arah jendela, gadis itu mengerti dengan apa yang ditanyakan oleh Ryu. Namun, memang dirinya tidak ingin memberitahukan semua nya supaya tidak timbul hal yang tidak diinginkan.     

***     

Di lain tempat Dewa saat ini sedang pusing dengan ulah sang anak, pria itu hanya bisa mengelus dada nya, karena tingkah laku Samantha sudah seperti anak laki laki. Sam panggilannya, bertingkah sangat anggun di rumah nyata nya tidak, anak perempuan itu hobi sekali tawuran padahal usia nya masih 15 tahun. Dan ini sudah ketiga kali nya, Dewa dipanggil oleh guru Samantha.     

"Kamu itu anak cewek loh dek, kenapa bisa gini, Papi dan Mami dulu nggak senakal kamu loh," ucap Dewa.     

"Sam hanya ingin membela aja Papi. Tidak mungkin, Sam tidak membela sekolah," jawab Samantha.     

"Tapi tidak dengan ikut tawuran sayang. Kalau kamu ada apa-apa gimana? Mami dan Papi pasti bakalan sedih sayang," ucap Indah dengan lembut. Wanita itu selalu berbicara dengan anak nya dengan tenang berbeda dengan Dewa yang akan selalu menggunakan urat di setiap ucapan yang dilontarkan.     

"Pokoknya Papi tidak mau, kamu seperti ini lagi, kalau kamu berubah. Kalau sampai kamu masih seperti ini, Papi antar kamu ke rumah eyang."     

Samatha menatap tajam ke arah kedua orang tua nya, gadis itu tidak suka dengan ucapan yang dilontarkan oleh sang Papi     

"Mami dan Papi nggak pernah ngertiin aku, Sam gini karena Sam suka, Sam nggak mau jadi seperti kak Dhira yang hidup nya selalu diatur dan harus berada di belakang bayang bayang kak Gaby terus menerus. Kami sebagai anak ingin rasa nya diperhatikan dan di support lebih, tapi seperti nya orang dewasa hanya mau menang sendiri, setiap ucapannya selalu saja ingin didengarkan. Sedangkan ketika sang anak berbicara mereka seolah tuli."     

Setelah mengatakan hal itu, Samatha lalu pergi meninggalkan kedua orang tua nya yang sudah terdiam mendengar semua ucapan yang dilontarkan oleh Sam. Dewa dan juga Indah saling tatap satu dengan lainnya mereka berdua tidak mengira jika sang anak bisa berkata seperti itu, dan hal ini benar benar membuat Dewa terpukul.     

Di dalam kamar, Sam menangis dengan kuat, gadis itu tidak bermaksud berkata demikian dengan kedua orang tua nya namun, diri nya juga kesal dengan apa yang terjadi, Sam tidak suka dengan ucapan sang Papi. Diri nya melakukan hal yang baik, namun, memang mungkin caranya saja yang salah.     

Indah lalu beranjak dari tempat duduknya, wanita itu berjalan menuju ke dalam kamar sang putri, dengan harapan bisa mengajak Sam berbicara namun, pintu nya terkunci dan anak itu tidak merespon ucapan dari diri nya.     

"Sayang buka dulu dong pintu nya. Mami, kan mau bicara sayang. Ayo buka dulu nak," ucap Indah tapi tetap saja tidak ada respon yang diberikan oleh Samantha.     

Indah lalu pergi meninggalkan kamar sang anak, dan kembali menuju ruang keluarga di mana suami nya masih duduk di sana dengan punggung yang menyadar di kursi dan mata tertutup.     

***     

Saat ini keempat nya sedang menikmati liburan singkat mereka, Ryu mengajak kedua keponakan nya itu jalan jalan hingga pulang larut malam. Gina sudah mengomel dengan Abang nya, karena mengajak Dhira dan juga Arka sampai malam.     

"Papi cepat banget sih pulang nya, kan Dhira masih kangen sama Papi."     

"Nanti kalau urusan Papi selesai semua nya liburan bersama ya, ajak Opa dan Oma juga," ucap Ryu.     

Dhira menganggukkan kepalanya gadis itu lalu mengantar Papi dan Mami nya menuju ke dalam mobil sedih itulah yang dirasakan oleh Dhira saat ini, barulah diri nya merasakan keutuhan bersama dengan orang yang disayang namun, kedua orang tersebut harus segera pulang untuk menjalankan pekerjaan nya.     

Setelah mobil yang dibawa oleh ke-2 orang tersebut keluar dari halaman rumah Daffa dan juga Gina mereka lalu masuk kedalam rumah. Arka lebih dulu masuk kedalam kamar nya sedangkan Dhira mengajak sang kakak untuk duduk di sofa lebih dulu gadis itu saat pergi bersama dengan Papi dan Mami nya membelikan sebuah mainan kunci yang begitu indah untuk Gaby.     

"Ini buat kakak semoga suka ya Kak maaf kalau hadiah nya sederhana." Gaby yang menerima hal itu seketika langsung memeluk adik nya, gadis itu begitu bahagia menerima barang pemberian dari Dhira diri nya tidak pernah menilai mahal atau murah suatu barang yang diberikan oleh adiknya tersebut, bagi Gaby apapun yang diberikan oleh Dhira adalah suatu hal yang begitu menyenangkan.     

"Tadi saat aku pergi Aku lihat gantungan ini sangat cocok sama kakak makanya aku beli. Kakak kan suka sama dolphin jadi menurut aku ini pas buat gantungan yang Kakak pasang di handphone jadi kakak bisa ingat aku terus."     

Gaby lalu memeluk adiknya itu dengan begitu erat, gadis itu sangat bahagia dan senang memiliki seorang adik seperti Dhira jadi seseorang yang tidak pernah menyerah bahkan mengeluh sedikitpun. Gaby lalu mengucapkan banyak terima kasih kepada Dira yang sudah selalu mengingat diri nya yang sudah selalu berada di samping nya. Pemandangan tersebut disaksikan oleh Arka di atas anak laki laki itu tersenyum dengan begitu bahagia dirinya begitu menyayangi kedua kakak nya tersebut namun, Arka memiliki cara nya sendiri untuk mengungkapkan rasa sayang yang diri nya rasakan.     

"Terima kasih banyak ya dek Kakak bahagia mempunyai adik seperti kamu," ucap Gaby.     

Ketua anak gadis perempuan itu lalu menceritakan semua hal yang terjadi hari ini apapun yang sudah dilakukan oleh Dhira hari ini semuanya tidak pernah luput dari cerita untuk Gaby. Dhira juga menceritakan banyak hal lucu yang terjadi mendengar ucapan tersebut membuat Gaby tertawa dengan interaksi yang terjadi di antara mereka berdua sejak tadi diawasi oleh Daffa. Pria paruh baya yang masih terlihat sangat tampan dan juga berwibawa tersebut tersenyum menatap kedua putri nya. Daffa selalu berdoa untuk semua kebaikan baik untuk Gaby dan juga Dhira Putri kandung nya.     

"Kalian akan menjadi wanita wanita kuat wanita yang bertanggung jawab wanita yang bisa melakukan semuanya seorang diri, dan wanita yang akan selalu bahagia."     

***     

Saat ini seluruh anak anak di kelas Dira sedang berkumpul untuk mengikuti acara selanjutnya sejujurnya Dhira sangat tidak suka dengan acara tersebut karena acara tersebut akan menampilkan pasangan yang dipilih secara random bersama sama. Hal itu membuat Dhira tidak semangat untuk mengikuti acara tersebut.     

"Pokok nya kita pilih secara random setuju tidak setuju kita semua harus menyetujui hal tersebut ini adalah demi kelas kita. Gue harap lo semua bisa menerima keputusan ini, ini kita lakukan secara adil tidak ada yang tidak adil lo jadi saksinya di sini."     

Bagas yang sudah memegang spin pemilihan sudah siap, dibantu oleh Mira kedua nya mulai memutarkan dan menunggu hasil dari pemilihan tersebut. Satu demi satu nama pasangan perempuan dan laki-laki disebutkan oleh Mira dan juga Bagas mereka juga sudah dibagi tugas tugas nya masing masing, hal tersebut dilakukan supaya semua nya menjadi lebih adil.     

"Oke di sini masih ada 6 nama lagi yang belum kita keluarkan dari ke-6 nama tersebut nama yang terakhir keluar adalah sebagai vokalis dalam acara ini gue pengen kalian semua menerima semua hal keputusan ini karena kita memilih nya secara bersama sama."     

Dhira yang sejak tadi hanya diam dan sibuk dengan novel yang ada di dalam genggaman nya tidak mengikuti pemilihan yang dilakukan oleh para teman teman di kelas nya hingga nama diri nya disebutkan oleh Mira. Mendengar hal tersebut membuat mata Dhira yang saat itu menatap baris huruf yang ada di dalam novel berpaling melihat ke arah Mira dengan tatapan penuh tanda tanya.     

"Hah? Maksud nya gimana?" tanya Dhira.     

"Ya ampun lah mangkanya kalau kita lagi diskusi itu tolong deh jangan sibuk sama diri lo sendiri Gue capek tau nggak jelasinnya," ujar Bagas.     

"Jelasin aja sih nggak usah banyak ngoceh males gue dengerin ya."     

Bagas hanya bisa mendengus kesal, laki laki itu tidak bisa membantah ucapan dari Dira lagi karena seseorang yang ada di sana sudah menatap Bagas dengan tatapan penuh ancaman. Bagas selalu menceritakan semua yang dilakukan oleh mereka sejak tadi dengan penuh penghayatan Dira mendengarkan semua nya hingga ketika nama nya disebutkan oleh Bagas gadis itu menatap dengan tajam ke arah Arsen yang tersenyum kepada nya.     

"Gue nggak setuju," ucap Dhira.     

"Di sini enggak ada yang minta persetujuan lo Ra kita semua udah oke jadi lo harus mengikuti semuanya demi kelas kita."     

Dhira hanya bisa mendesah parah dirinya sudah tidak bisa lagi berkata apapun. Sedangkan Arsen tersenyum dengan begitu licik ke arah Dhira saat inilah bagi Arsen waktu yang tepat untuk kembali mendekati Dhira. Karena pria itu yakin Dhira tidak akan mungkin menghindari diri nya seperti sebelum nya.     

Bel istirahat berbunyi mereka semua lalu mulai beranjak dari kelas sedangkan Dira yang sudah tidak bersemangat hanya duduk diam di tempat duduknya titik Diandra yang melihat hal itu lalu membalikkan badannya dan menatap ke arah Dira.     

"Udah kamu nggak usah terlalu mikirinnya orang cuman berpasangan sama arsen juga kok masih enak orangnya ganteng lah aku sama si si bandot itu sih," gerutu Diandra. Gadis itu sangat tidak suka dengan Aris tapi dirinya malahan berpasangan dengan pria tersebut.     

"Mending sekarang kita ke kantin aja yuk aku udah laper banget seriusan mie ayam yang dijual sama mang Jajang rasanya begitu nikmat dan sudah menari-nari di kepala aku sekarang," ucap Ayu.     

Mira dan juga Diandra menyetujui apa yang diucapkan oleh Ayu sedangkan kan hanya menatap ketiga temannya itu dengan tatapan datar gadis itu lalu akhirnya mengikuti apa yang diinginkan oleh mereka.     

Sesampainya di kantin seperti biasa Diandra dan Mira langsung memesan makanan untuk mereka berempat, ketika sedang menunggu pesanan rombongan dari Arsen tiba-tiba saja duduk di meja Dhira.     

"Jutek banget sih," sindir Aris. Dira hanya menatap datar ke arah pria tersebut dirinya kembali fokus dengan novel yang dia bawa ke kantin. Tak lama Diandra dan juga Mira sudah membawa pesanan mereka melihat Aris dan teman-temannya membuat Diandra sangat kesal.     

"Ngapain kalian disini? Kita nggak mau gabung sama kalian," ujar Diandra. Pertanyaan yang diucapkan oleh Diandra tidak direspon oleh satu orang pun dari keempat pria tersebut. Bagas yang fokus dengan Mira sedangkan arsen yang sejak tadi mengganggu ketenangan dari Dira dan juga Kafa yang mengobrol dengan Ayu.     

Hanya Aris yang menahan tawa karena ucapan yang dilontarkan oleh Diandra tidak ada satupun yang direspon oleh sahabat nya.     

Mereka yang ada di meja tersebut sibuk mendiskusikan apa yang akan mereka tampilkan untuk acara malam puncak nanti berbeda dengan Dhira yang hanya diam saja tidak merespon apapun yang diucapkan oleh Arsen, gadis itu benar benar tidak suka dengan kondisi saat ini diri nya ingin rasa nya menolak namun hal itu sudah terlambat ketika keputusan sudah dibuat.     

"Mau seperti apapun kamu berusaha menjauh dari aku maka sedekat Itu juga jarak diantara kita tidak akan pernah menjauh," bisik Arsen. Mata Dira langsung menatap dengan begitu tajam kearah arsen yang ada di samping nya sedangkan arsen menampilkan senyum terbaiknya ke arah Dhira.     

Dira yang sudah selesai dengan urusan makannya lalu ingin beranjak dari tempat tersebut namun, tangan.nya dicekal oleh Arsen hal itu membuat dia semakin kesal dengan pria tersebut. Saat Dhira akan melemparkan sebuah kata kata arsen lalu membawa Dhira dan menyeret perempuan itu menuju ke taman belakang sekolah.     

Mira, Diandra, dan Ayu yang melihat hal itu seketika ingin beranjak dari tempat duduk nya namun, segera dihalangi oleh ketiga pria tersebut.     

"Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya," ucap Kafa.     

Semuanya terdiam mereka bertiga menatap ke arah Dhira dan juga Arsen yang sudah mulai berjalan menjauh.     

***     

Duduk di kursi taman belakang sekolah dengan penampakan yang begitu indah kedua nya tetap terdiam tidak ada satu katapun yang terlontar dari mulut mereka masing masing. Dhira berulangkali menarik napas nya dengan sangat panjang gadis itu terus memikirkan apa maksud dari Arsen membawanya ke tempat ini.     

"Buat apa kamu ajak aku kesini kalau tidak ada hal yang penting lebih baik aku pergi dari tempat ini," ucap Dhira.     

Arsen lalu menatap kearah Dira pria itu tersenyum tipis melihat hal tersebut membuat Dhira salah tingkah seketika pipinya menjadi merah akibat hal yang dilakukan oleh arsen padahal pria itu hanya tersenyum manis ke arah dirinya.     

"Kamu cantik kalau lagi seperti ini," ucap Arsen. Pria itu lalu mencoba menggenggam tangan Dira menyatukan kedua tangan mereka lalu tersenyum dan menatap kearah Dhira dengan begitu indah.     

"Aku nggak tahu apa yang membuat kamu tiba tiba saja menghindar dan menjauh dari aku yang jelas yang kamu lakukan itu akan selalu membuat aku terus dan terus berusaha untuk bisa dekat dengan kamu."     

"Mungkin kamu tidak akan percaya dengan apa yang aku ucapkan tapi semua yang aku ucapkan dan aku lakukan adalah hal yang tulus datang dari hati kamu adalah perempuan pertama yang mampu membuat gejolak jantungku berdetak dengan sangat kencang. Umur kita memang masih sangat mudah tapi kamu harus tahu bahwa aku benar-benar serius untuk bisa membuat kamu bahagia. Ayo berjuang sama aku kita sama-sama membuat kebahagiaan terukir di hubungan ini." Ucapan yang dilontarkan oleh arsen membuat Dhira tidak tahu lagi harus berkata seperti apa gadis itu bingung dengan kondisi saat ini, Dhira juga harus memikirkan bagaimana perasaan sang kakak ketika tahu bahwa dirinya memiliki hubungan bersama pria yang mampu membuat Gaby bertahan.     

"Aku nggak bisa maaf tapi memang kita enggak bisa, banyak hal yang membuat kita akan sulit untuk bersama-sama dan hal itu itu akan membuat satu dengan yang lainnya akan merasa tersakiti."     

Tidak ada yang tersakiti Ra apa apa yang kamu maksud aku nggak ngerti coba kamu jelasin dulu kenapa kamu bisa mengatakan hal seperti itu."     

Dira menatap kearah arsen dengan begitu tajam tatapan yang penuh menahan rasa sesak didalam dadanya gadis itu menarik nafas dengan begitu panjang lalu mencoba untuk terlihat tenang dan mulai menceritakan apa yang terjadi.     

"Aku nggak bisa aku nggak mau nyakitin kakakku Kamu tahu u ada seorang gadis yang sedang sakit saat ini dia bertahan hidup ketika melihat seorang pria yang begitu dirinya cintai dan sebagai seorang adik apakah pantas aku untuk merebut kebahagiaan tersebut tidak aku tidak pantas untuk merebut kebahagiaan itu. Apalagi aku tahu u mungkin umurnya sudah tidak ada lama lagi, dan kamu tahu siapa laki-laki yang begitu dicintai oleh kakakku kamu kamu adalah laki-laki itu, dan hal itu itu yang membuat aku tidak bisa dan selalu menjauh dari kamu karena aku tidak ingin menyakiti kakakku sendiri."     

Arsen terdiam ucapan yang baru saja didengarnya dari Dhira begitu mengejutkan sungguh saat ini Arsen sangat tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh Dhira. Wanita itu lalu beranjak dari tempat duduknya namun, dengan Arsen langsung menahan Dhira.     

Hingga kedua bibir itu menempel dengan sangat sempurna hal tersebut benar-benar membuat Dhira kaget gadis itu begitu sok dengan apa yang dilakukan oleh arsen. Pria itu lalu menahan tengkuk Dhira membuat ciuman tersebut begitu intens Dhira yang berontak tidak terima dengan perlakuan absen hanya bisa pasrah ketika dengan sangat cepat dan menggigit bibir Dhira dan membuat wanita itu harus membuka mulutnya hal tersebut dimanfaatkan oleh Arsen untuk mempermudah hal yang dilakukannya.     

Dhira tidak suka diperlakukan seperti itu dia di situ terus memukul dada arsen hingga akhirnya ciuman mereka terlepas.     

Plak!!!     

Sebuah tamparan mengenai Arsen dengan air mata yang mengalir Dhira menatap dengan begitu tajam.     

"Aku benci kamu."     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.